Pages

Selasa, 26 Februari 2013

Ngantuk????



Mekanisme dalam tubuh yang menyebabkan kantuk (tertidur) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Terdapat suatu mekanisme dalam tubuh yang mengatur kualitas tidur yang ditentukan oleh seberapa lelap dan seberapa lama seseorang tidur. Mekanisme ini disebut body clock. Namun, karena kita sedang membicarakan tentang tidur, istilah ini akan diganti menjadi sleep clock. Sleep clock, adalah suatu system yang mendasari dan mengatur tidur dan energi kita.
Sleep clock memiliki 4 variabel utama yang mempengaruhi tidur kita:
1.      Circadian Rhythm
Bagian pertama  dan terpenting, dari sleep clock adalah Circadian Rhythm. Circadian Rhythm adalah ritme suhu tubuh. Suhu tubuh seseorang sebenarnya tidak konstan 37o C, melainkan naik-turun (fluktuatif) seiring dengan pertambahan waktu dalam satu hari. Perbedaan suhu tubuh yang terjadi sekitar 2o C. Saat suhu tubuh naik, seseorang menjadi lebih terjaga dan energik, sedangkan saat suhu tubuh turun akan menjadi lebih lelah dan malas. Ritme suhu tubuh inilah penyebab seseorang merasa mengantuk dan terbangun pada jam yang sama setiap hari.
Secara umum, suhu tubuh seseorang akan meningkat pada pagi hari hingga mencapai puncak pada sekitar siang menjelang sore, kemudian suhu tubuh akan menurun hingga mencapai titik terendah sebelum meningkat lagi. Selain itu, kita dapat melihat bahwa pada siang hari suhu tubuh kita sempat menurun. Hal ini menjelaskan mengapa pada siang hari kadang-kadang seseorang merasa mengantuk dan membutuhkan tidur siang. Namun, karena tuntutan kehidupan sosial, seseorang terkadang melawan dorongan tidur ini, misalnya dengan mengonsumsi kafeina. Stimulan kafeina dapat meningkatkan produksi adrenalin yang dapat menghambat kantuk. Jadi, minum minuman berkafein dapat mengusir kantuk Anda. Menurut para ahli, 200-300 miligram kafein per hari dalam jumlah sedang, itu sekitar 3-8 ons cangkir kopi. Sementara teh hitam memiliki 61 miligram per 8 ons, Coca-Cola memiliki 35 miligram per 21 ons.
2.      Melatonin dan cahaya matahari
Faktor penting kedua dari sleep clock adalah melatonin. Melatonin adalah hormon yang dibentuk kelenjar pineal dan retina. Melatonin bertugas untuk membuat kita tertidur dan mengembalikan energi fisik ketika kita tidur. Apabila melatonin tinggi, kita akan merasa mengantuk, lemah, dan lain-lain.
Level melatonin dalam tubuh sangat tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diterima mata pada suatu hari. Banyak cahaya matahari akan memperlambat proses pembentukan melatonin, sebaliknya kekurangan cahaya matahari akan membuat peningkatan secara cepat pada jumlah melatonin yang berakibat timbulnya rasa mengantuk, lelah, dan lain-lain. Hal ini menjelaskan mengapa dalam kelas yang pencahayaannya buruk kita lebih mudah mengantuk. Untuk mengoptimasi sleep clock seseorang, mendapatkan cahaya matahari yang cukup meruapakan suatu kewajiban.
3.      Level aktivitas
Jumlah pergerakan dan latihan kardiovaskular yang dilakukan pada saat malam berimbas besar pada ritme suhu tubuh kita. Secara umum ada 4 manfaat yang bisa diperoleh:
a)      Peningkatan yang cepat pada suhu tubuh yang dapat sangat berguna bagi system tidur.
b)      Meningkatkan puncak suhu tubuh pada siang hari dan meningkatkan level energi seseorang.
c)      Memperlambat turunnya suhu tubuh keesokan hari, menjadikan kita terjaga lebih lama.
d)     Membuat suhu tubuh turun drasis pada akhir hari sehingga tidur lebih lelap.
4.      Keterjagaan sebelumnya
Keterjagaan seseorang di hari sebelumnya juga sangat berpengaruh terhadap sleep clock, karena keterjagaan sebelumnya sangat berkaitan dengan 3 faktor sebelum ini. Lebih lama terjaga, seseorang dapat melakukan level aktivitas yang lebih tinggi. Selain itu, terjaga lebih lama akan menyebabkan lebih banyak pula bertemu cahaya matahari.
Oleh sebab itu,  apabila seseorang tidur 8-9 jam per hari dan tetap merasa lemas, ini bisa berarti kita membutuhkan tidur lebih sedikit. Kita tidur terlalu banyak dan harus meningkatkan keterjagaan untuk mendapat tidur yang lebih lelap dan ritme suhu tubuh yang lebih seimbang.
Dari sejak bangun hingga seseorang terbangun kembali, sebenarnya terdapat 5 tahapan:
1.      Sadar sepenuhnya
Pada saat kita bangun/sadar sepenuhnya, otak mengeluarkan gelombang dengan frekuensi sangat tinggi yang disebut beta brain waves.
2.      Tidur tahap pertama
Pada saat kita mulai mengantuk, otak mengeluarkan alpha brain waves (sejenis beta brain waves dengan frekuensi sedikit lebih rendah) dan sedikit theta brain waves. Pada tahap ini, tubuh menjadi rileks dan detak jantung menjadi rendah. Tahap pertama ini sering kita alami, mungkin tanpa disadari, misalnya ketika kuliah di kelas, mendengarkan ceramah, atau pada siang yang cerah, tenang, dan damai. Tahap pertama ini dapat dikatakan sebagai “pintu masuk menuju tidur”.
3.      Tidur tahap kedua
Pada tahap dua ini, kita mengalami pola brain waves yang disebut sleep spindles, dan K-Complexes. Hal-hal ini adalah aktivitas mendadak otak, dimana otak seolah-olah melakukan “auto-off”. Pada tahapan ini, kita masih sangat mudah untuk dibangunkan. Sebagian besar orang yang dibangunkan ketika berada di tahap ini mengatakan “Saya masih terbangun”.
4.      Tidur tahap ketiga dan keempat (tidur lelap)
Pada tahap inilah kita dinyatakan benar-benar tidur. Pada saat ini, otak mengeluarkan brain waves dengan frekuensi yang paling rendah, disebut delta brain waves. Tekanan darah, respirasi, dan detak jantung mencapai tahapan terendah. Pembuluh darah melebar, dan sebagian besar darah yang biasanya tersimpan di organ pergi untuk memperbaiki otot.
5.      Tidur tahap kelima (tidur REM)
Sejauh ini ilmuwan belum mengetahui apa tujuan dari tahapan ini. Tahapan ini juga dikenal sebagai Rapid Eye Movement (REM) sleep, karena pada tahap ini mata kita bergerak secara cepat ke segala arah (namun tentunya mata masih berada di dalam rongga mata). Pada tahap ini jugalah biasanya kita mengalami mimpi. 95% orang mengalami mimpi pada tidur REM ini. Keunikan lain dari tidur REM adalah, berbeda dengan tahapan lain dalam tidur, pada saat ini otak justru mengeluarkan brain waves dengan frekuensi sangat tinggi, menyerupai pada saat kita sepenuhnya terjaga.
sumber : ANANDA AWA

0 komentar:

Posting Komentar

Apakah Blog ini menarik?